22 Children + 1 Hopes = 23 Years (TANKS)

Terhitung tujuh ratus tiga puluh hari lewat setelah pertama kali Tuhan memperkenalkan kami. Lalu kita, tanpa aba-aba, tanpa,”Maukah kamu jadi pacarku?”, tanpa basa basi, memutuskan untuk saling mengisi.

Entah atas dasar apa semesta membiarkan kita mampu melewati hal-hal yang sama sekali tidak pernah kita lewati sebelumnya, mungkin kamu adalah pelajaran bagiku, sedangkan aku adalah titik balik segala ideologimu. Atau mungkin saja kita hanya segelintir cerita yang dibesar-besarkan saja.

Apa pun itu, terima kasih sudah bertahan. Walau kamu tahu sendiri bagaimana kamu dan aku pernah hampir membuat kesalahan besar di puluhan hari awal kita bersama.

Coba kamu tengok lagi ke belakang, dua orang anak manusia, sepasang laki-laki dan perempuan, entah secara sengaja —atau mungkin tidak, dihadapkan dengan perubahan paling besar dalam hidup mereka.
Lalu kamu akan mengangguk-angguk wajar, mengingat bagaimana cerobohnya kita dan tidak sabarannya kita dalam menghadapi apa yang disajikan hidup dihadapan kita.

Kita bukan satu-satunya yang punya banyak mimpi sederas hujan. Kita juga bukan satu-satunya yang gemar menerbangkan doa ke lipatan langit penuh harapan. Tapi mungkin kita termasuk dari sebulir, bahkan tak sampai segelintir dari mereka yang tetap keras kepala mempercayai apa yang sedang dalam genggaman mereka.
Kamu tahu persis betapa kita sering patah, namun tidak pernah benar-benar pecah. Meski amarah bahkan lelah sudah habis menjarah tenaga.
Namun kenapa tidak kita lepaskan saja biar sudah? Biar tidak perlu lagi susah-susah?

Entah kalau jawabanmu, tapi bagiku…
Melepaskanmu, kita, apa pun yang menurut mereka cinta, lebih mudah daripada harus menyesal sepanjang Tuhan masih meniupkan hidup. Dan aku? Terlalu hebat untuk menyesal.
Dan kamu, laki-laki yang pantas kuserahkan seluruh kesombonganku.
Tujuh ratus tiga puluh sekian hari bukan yang pertama, tapi ingatlah, kita lebih besar dari selewat kata.

Love,
Sebutlah apa pun yang kamu suka.















0 komentar:

Posting Komentar